PT SOLID GOLD BERJANGKA - Kekejaman penjajahan Belanda di Sulawesi Selatan (Sulsel) dilakukan salah satunya melalui tangan kapten bernama Raymond Paul Pierre Westerling. Melalui operasi militer yg dimulai 11 Desember 1946 itu, Westerling menghabisi puluhan ribu orang secara biadab. Setiap desa di Sulsel tidak luput dari operasi militer yg dinamai Counter Insurgency (penumpasan pemberontakan) pimpinan Westerling itu. Korban-korban tidak berdosa pun berjatuhan dari berbagai desa dlm pembantaian dlm periode Desember 1946 hingga Februari 1947 itu.
Yang lebih mengerikan, Westerling tidak hanya memberikan komando tetapi jg ikut menembak orang-orang yg dianggapnya sbg penjahat, pemberontak, & pembunuh. Kemudian pada 14 Januari 1947, militer Belanda menghabisi 23 pejuang di lokasi yg kini dibangun Monumen Korban 40 Ribu Jiwa. Untuk mengingat peristiwa berdarah itu, Pemerintah Kota Parepare membangun Monumen Korban 40.000 Jiwa. Monumen ini diresmikan pada 1970-an. Kekejaman pasukan khusus Belanda dlm operasi militer itu dicatat Horst H Geerken dlm buku berjudul Indonesian Voices. Geerken menulis, Westerling jg menginstruksikan untuk melakukan penggal kepala sbg salah satu aksi cepat untuk membunuh. Dalam kurun waktu setahun, pendudukan militer Belanda (KNIL) di wilayah Sulawesi Selatan, tercatat 40.000 korban jiwa tewas secara sia-sia. Oleh karena itu, rakyat Sulsel selalu mengenang peristiwa kekejaman Westerling dgn mengibarkan bendera setengah tiang di rumah-rumah setiap tanggal 11 Desember. Saat memasuki lokasi Monumen Korban 40 Ribu Jiwa, pengunjung akan menjumpai sebuah relief besar yg menceritakan tentang kekejaman Westerling kepada rakyat Sulawesi Selatan. Di sebelah relief terdapat sebuah patung berukuran tinggi sekitar 5 meter. Patung tersebut menggambarkan penderitaan, berkaki buntung & disangga. Menurut penjaga monumen, belakangan ini Monumen Korban 40.000 Jiwa makin jarang dikunjungi oleh masyarakat Sulawesi sendiri atau masyarakat Indonesia pada umumnya. Mungkin hal ini disebabkan adanya hiburan lain yg lebih modern ketimbang mengunjungi monumen. Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah untuk mau mempromosikan & memperbaiki berbagai fasilitas yg ada, sehingga monumen ini tidak hanya menjadi sekadar pemanis kota saja. Karena dari tempat-tempat spt inilah rasa nasionalisme sbg sebuah bangsa dapat ditingkatkan. Bagi para wisatawan yg ingin berkunjung, baiknya memilih waktu menjelang peringatan hari bersejarah tersebut, yakni 11 Desember. Sebab hari-hari biasa tempat itu terlihat sepi. Pemerintah provinsi Sulawesi Selatan, selalu memperingati peristiwa pembantaian tersebut dgn mengundang para keluarga korban serta para veteran untuk mengikuti upacara, pada tanggal 11 Desember dlm setiap tahun. Monumen korban 40.000 jiwa ini terletak sekitar empat kilometer sebelah utara pusat kota Makassar, atau tepatnya di Jalan Langgau, Makassar. Di tempat bersejarah ini, pengunjung tidak dikenakan tarif masuk. Tetapi yg perlu Anda ketahui waktu kunjungan ke monumen ini, mulai hari Senin sampai Sabtu dimulai pukul 8 pagi hingga 4 sore hari.
0 Comments
Leave a Reply. |
Visit Us
Archives
June 2021
Categories
All
|