PT SOLID GOLD BERJANGKA - Amerika Serikat tiba-tiba menembakkan 59 misil Tomahawk ke pangkalan militer Shayrat di Suriah, Jumat (7/4) sbg respons atas serangan senjata kimia yg menewaskan 90 orang, termasuk anak-anak, di Idlib. AS meyakini rezim Assad berada di balik serangan keji tersebut, kendati Presiden Bashar al-Assad langsung menyanggah hal itu. Banyak negara mengacungkan jempol atas intervensi militer AS, termasuk Israel & Arab Saudi, namun Iran & Rusia justru mencibir. Mereka menganggap aksi AS gegabah & melanggar ‘garis merah’. Menanggapi agresi AS, Pusat Komando Gabungan Assad & sekutunya di Suriah, segera memberi pernyataan bersama. “Apa yg dilakukan Amerika Serikat lewat serangan udara ke Suriah adalah pelanggaran garis merah." "Jika hal itu kembali terjadi kami akan merespon dgn tindakan tegas untuk setiap agresi atau pelanggaran garis merah, dari siapapun, & Amerika tahu kemampuan kami untuk merespon dgn baik," demikian pernyataan dari Pusat Komando Gabungan Suriah, dilaporkan AFP. Pusat Komando Gabungan itu menyebut bahwa serangan misil AS tidak akan mengendurkan upaya ‘membebaskan’ Suriah. Selain itu, kehadiran militer AS di utara Suriah jg dianggap sbg ‘pekerjaan’ ilegal. Bahkan, Putin & Pemimpin Iran, Hassan Rouhani, telah meminta adanya penyelidikan guna menginvestigasi lebih jauh serangan kimia tersebut. Di sisi lain, Presiden Donald Trump menyebut serangan AS ke pangkalan militer Shayrat, dekat Holms, adalah tindakan yg ‘mewakili dunia’. Pangkalan militer Shayrat diduga digunakan pasukan militer Suriah untuk menembakkan senjata kimia berupa gas beracun sarin, ke Khan Sheikhoun. Baca Juga : Farah Quinn Gelar Pesta Ulang Tahun Mewah di Mesir | PT Solid Gold Berjangka Adapun Menteri Pertahanan Inggris Sir Michael Fallon mengatakan bahwa Rusia, yg mendukung penuh pemerintahan Assad, harus bertanggung jawab atas serangan senjata kimia di Idlib.
“Moskow bertangung jawab terhadap semua nyawa yg hilang di Khan Sheikhoun,” kata Falcon. Damaskus & Moskow membantah tudingan tersebut. Mereka jg menegaskan bahwa seluruh senjata kimia yg dimiliki rezim Assad sudah dihancurkan pada 2013 silam, di bawah perjanjian internasional. Assad & sekutunya mengklaim bahwa serangan itu dilakukan kelompok pemberontak. Di sisi lain, pakar senjata menyebut bahwa fasilitas di pangkalan militer Shayrat terbukti telah menembakkan senjata kimia. Hal itu membuat AS, Inggris & Perancis semakin yakin bahwa Assad melakukan pembunuhan massal terhadap warganya sendiri. Kementerian Pertahanan Rusia mengeluarkan pernyataan bantahan. Mereka mengklaim serangan udara Suriah dari Shayrat ditujukan pada 'teroris' & menghantam gudang yg memproduksi & menyimpan gas beracun, yg diduga akan dikirimkan ke Irak. Hingga saat ini, Khan Sheikhoun sendiri masih diduduki kelompok jihadis. Selain itu, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan Moskow gagal menjalankan perjanjian internasional pada 2013 untuk menghancurkan seluruh senjata kimia di Suriah. “Kegagalan itu berkaitan dgn serbuan yg dilakukan AS & serangan senjata kimia itu jg secara garis besar karena Rusia gagal menjalankan perannya sbg bagian dari komunitas internasional,” ujar Tillerson dlm wawancaranya dgn ABC. Tillerson akan segera bertolak ke Moskow untuk berbicara dgn otoritas Rusia. Dia berharap Kremlin bisa bertindak lebih tegas terhadap Suriah & mempertimbangkan kembali aliansinya dgn Assad. “Karena setiap kali serangan keji terjadi, itu membuat Rusia terlibat semakin dlm & harus ikut bertanggung jawab,” tuturnya. (Prz - PT Solid Gold Berjangka)
0 Comments
Leave a Reply. |
Visit Us
Archives
June 2021
Categories
All
|